VEGETASI AIR ASIN
BAB
I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Ekosistem laut merupakan sistem akuatik yang terbesar
di planet bumi. Lautan menutupi lebih dari 80 persen belahan bumi. Sebagian
besar daratan bumi Indonesia
sebagai negara kepulauan yaitu terletak di
antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Dasar perairan laut Indonesia di beberapa tempat, terutama di kawasan barat menunjukkan bentuk
yang sederhana atau rata yang hampir seragam, tetapi di tempat lain terutama
kawasan timur menunjukkan bentuk-bentuk yang lebih majemuk dan tidak
teratur.
Bentuk dasar laut yang majemuk tersebut serta
lingkungan air di atasnya memberi kemungkinan munculnya keanekaragaman hayati
yang tinggi, dengan sebaran yang luas, baik secara mendatar maupun secara
vertikal. Lingkungan laut selalu berubah atau dinamis. Kadang-kadang
perubahan lingkungan ini lambat, seperti datangnya zaman es yang memakan waktu
ribuan tahun. Kadang-kadang cepat seperti
datangnya hujan badai yang menumpahkan air tawar dan mengalirkan endapan lumpur
dari darat ke laut. Cepat atau lambatnya perubahan itu sama-sama mempunyai
pengaruh, yakni kedua sifat perubahan tersebut akan mengubah intensitas
faktor-faktor lingkungan.
RumusanMasalah
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut.
1)
Bagaimana sifat lingkungan akuatik air
asin?
2)
Bagaimana ekosistem air laut?
3)
Apa saja tipe vegetasi perairan asin?
4)
Bagaimana adaptasi biota laut?
BAB II
PEMBAHASAN
Dalam makalah ini penulis akan membahas
tentang sifat lingkungan akuatik air asin, ekosistem air laut, tipe-tipe vegetasi
asin dan bagaimana adaptasi biota laut . Adapun penjelasannya sebagai berikut.
Sifat Lingkungan
Akuatik Air Asin
Beberapa
faktor yang mempengaruhi lingkungan air asin menurut Poluin (1990:587), yaitu suhu dan sinar matahari, fluktuasi suhu, dan air.
1) Suhu dan Sinar Matahari
Tinggi
rendahnya intensitas penyinaran matahari bergantung pada sudut datang sinar
matahari, letak lintang, jarak atau lokasi daratan terhadap laut, ketinggian
tempat, dan penutupan lahan oleh vegetasi. Intensitas penyinaran matahari di
suatu suhu udara di setiap wilayah berbeda-beda .Kondisi suhu udara sangat
berpengaruh terhadap kehidupan tumbuhan
dan hewan. Jenis spesies tertentu memiliki persyaratan terhadap suhu lingkungan
yang ideal atau suhu optimum bagi kehidupannya. Batas suhu maksimum dan minimum
bagi persyaratan tumbuh tanaman dan hewan dinamakan toleransi spesies terhadap
suhu.
2) Fluktuasi Suhu
fluktuasi suhu menyebabkan timbulnya
arus konveksi dan pusaran air secara vertikal, yang akhirnya menyebabkan suhu
yang rendah di seluruh perairan. Pada waktu yang sama adanya arus konveksi dan
pusaran air menyebabkan terjadinya aerasi.
3)
Air
Sifat-sifat
air yang unik berpengaruh pada organism dan lingkungannya. Air sangat penting
bagi kehidupan, tetapi ketersediaannya bervariasi secara dramatis diberbagai
haitat. Organism air tawan dan air laut hidup terendam di dalam suatu
lingkungan akuatik, tetapi organism tersebut mengalami permasalahan
keseimbangan air jika tekanan osmosis intraselulernya tidak sesuai dengan
tekanan osmosis air disekitarnya.
Ekosistem
air laut
Menurut UU Lingkungan Hidup Tahun 1997, ekosistem yaitu
tatanan kesatuan secara utuh menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi. Ekosistem
adalah tatanan dari satuan unsur-unsur lingkungan hidup dan kehidupan (biotik maupun
abiotik) secara utuh dan menyeluruh, yang saling mempengaruhi dan saling
tergantung satu dengan yang lainnya (Werdiati:2014). Menurut Salasiah (2013)
ekosistem merupakan penggabungan dari setiap unit biosistem
yang melibatkan interaksi timbal balik antara organisme
dan lingkungan fisik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa ekosistem adalah suatu
sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik yang tak terpisahkan
antara makhluk hidup dengan lingkungannya.
Ekosistem laut sebagai salah satu
ekosistem terbesar di
dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di mana di dalamnya terdapat proses dan
komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan proses yang terjadi pada
ekosistem daratan. Seperti halnya
ekosistem air tawar, ekosistem air laut merupakan media internal dan eksternal
bagi organisme yang hidup di dalamnya.
Ekosistem laut disebut juga ekosistem bahari yang merupakan ekosistem yang
terdapat di perairan laut, terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem
pantai pasir dangkal/bitarol, dan ekosistem pasang surut.
Ciri-ciri habitat air laut, yaitu sebagai berikut.
1)
Variasi temperatur atau suhu tinggi
2)
Kadar garam / salinitas / tingkat keasinan tinggi
3)
Penetrasi dari cahaya matahari tinggi
4)
Ekosistem tidak terpegaruh iklim dan cuaca alam
sekitar
5)
Aliran atau arus laut terus bergerak karena perbedaan
iklim, temperatur dan rotasi bumi
6)
Habitat di laut saling berhubungan / berkaitan satu
sama lain
7)
Komunitas air asin terdiri dari produsen, konsumen,
zooplankton dan dekomposer.
.
Salasiah
(2013) menyebutkan ekosistem air laut yang dibedakan atas lautan, pantai,
estuari, dan terumbu karang.
1)
Laut
Habitat laut (oseanik) ditandai oleh salinitas (kadar
garam) yang tinggi dengan ion CI- mencapai 55% terutama di daerah laut tropik,
karena suhunya tinggi dan penguapan besar. Di daerah tropik, suhu laut sekitar
25°C. Perbedaan suhu bagian atas dan bawah tinggi. Batas antara lapisan air
yang panas di bagian atas dengan air yang dingin di bagian bawah disebut daerah
termoklin. Di daerah
dingin, suhu air laut merata sehingga air dapat bercampur, maka daerah
permukaan laut tetap subur dan banyak plankton serta ikan. Gerakan air dari
pantai ke tengah menyebabkan air bagian atas turun ke bawah dan sebaliknya,
sehingga memungkinkan terbentuknya rantai makanan yang berlangsung baik. Dalam
Amroini (2013) dijelaskan mengenai habitat laut yang dapat dibedakan berdasarkan
kedalamannya dan wilayah permukaannya secara horizontal.
1)
Menurut kedalamannya, ekosistem air laut dibagi
sebagai berikut.
a)
Litoral merupakan
daerah yang berbatasan dengan darat.
b)
Neretik merupakan daerah yang masih dapat
ditembus cahaya
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
matahari sampai bagian dasar dalamnya ± 300 meter.
c)
Batial merupakan daerah yang dalamnya
berkisar antara 200-2500 m
d)
Abisal merupakan daerah yang lebih jauh dan
lebih dalam dari
pantai 1.500-10.000 m.
pantai 1.500-10.000 m.
2)
Menurut wilayah permukaannya secara horizontal,
berturut-turut dari
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
tepi laut semakin ke tengah, laut dibedakan sebagai berikut.
a)
Epipelagik merupakan daerah antara permukaan
dengan kedalaman
air sekitar 200 m.
air sekitar 200 m.
b)
Mesopelagik merupakan daerah dibawah epipelagik
dengan kedalam
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
an 200-1000 m. Hewannya misalnya ikan hiu.
c)
Batiopelagik merupakan daerah lereng benua dengan
kedalaman
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
200-2.500 m. Hewan yang hidup di daerah ini misalnya gurita.
d)
Abisalpelagik merupakan daerah dengan kedalaman
mencapai
4.000 m, tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
4.000 m, tidak terdapat tumbuhan tetapi hewan masih ada. Sinar
matahari tidak mampu menembus daerah ini.
e)
Hadal pelagik merupakan bagian laut terdalam
(dasar). Kedalaman
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
lebih dari 6.000 m. Di bagian ini biasanya terdapat lele laut dan
ikan Taut yang dapat mengeluarkan cahaya. Sebagai produsen di
tempat ini adalah bakteri yang bersimbiosis dengan karang
tertentu.
3)
Berdasarkan intensitas cahaya yang dapat mencapainya, ekosistem laut dibedakan atas ekosistem
laut dalam dan ekosistem laut dangkal.
a) Ekosistem Laut Dalam
Ekosistem laut dalam merupakan
ekosistem laut yang tidak ditembus cahaya matahari,oleh karenanya tidak terjadi
fotosintesis. Kadar
oksigen dalam airnya rendah, tidak
terdapat organisme produsen autotrof. Pada ekosistem laut dalam, yaitu pada
daerah batial dan abisal merupakan daerah gelap sepanjang masa. Di daerah
tersebut tidak berlangsung kegiatan fotosintesis, berarti tidak ada produsen,
sehingga yang ditemukan hanya konsumen dan dekompos saja.
b) Ekosistem Laut
Dangkal
Ekosistem laut dangkal merupakan daerah
fotik (tertembus cahaya matahari). Pada ekosistem ini terjadi fotosintesis oleh
produsen dari jenis ganggang laut dan fitoplankton.
2)
Ekosistem pantai
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
Ekosistem pantai letaknya berbatasan dengan ekosistem darat, laut, dan daerah pasang surut. Ekosistem pantai dipengaruhi oleh siklus harian pasang surut laut. Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi bagi kepiting dan burung pantai. Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput herbivora dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil. Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.
3) Estuari
Estuari (muara) merupakan tempat bersatunya sungai dengan laut. Estuari sering dipagari oleh lempengan lumpur intertidal yang luas atau rawa garam. Salinitas air berubah secara bertahap mulai dari daerah air tawar ke laut. Salinitas ini juga dipengaruhi oleh siklus harian dengan pasang surut airnya. Nutrien dari sungai memperkaya estuari.
Komunitas
tumbuhan yang hidup di estuari antara lain rumput rawa garam, ganggang, dan
fitoplankton. Komunitas hewannya antara lain berbagai cacing, kerang, kepiting,
dan ikan. Bahkan ada beberapa invertebrata laut dan ikan laut yang menjadikan
estuari sebagai tempat kawin atau bermigrasi untuk menuju habitat air tawar.
Estuari juga merupakan tempat mencari makan bagi vertebrata semi air.
Menurut
Mukaromah (2014), pembagian tipe-tipe estuari dapat dipengaruhi oleh tiga
faktor yaitu, kekuatan gelombang, pasang surut dan keberadaan sungai. Kuat
lemahnya ketiga faktor ini tergantung dari bentuk geomorfologinya. Secara umum tipe-tipe estuari dapat dibagi
menjadi tujuh tipe, yaitu sebagai berikut.
a) Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah bukit)
b) Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang)
c) Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang)
d) Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar)
e) Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut)
f) Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut)
g) Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai)
a) Embayments and drown river valleys (Teluk dengan sungai dari lembah bukit)
b) Wave-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi gelombang)
c) Wave-dominated deltas (Delta dengan dominasi gelombang)
d) Coastal lagoons and strandplains (Lagun dengan hamparan tanah datar)
e) Tide-dominated estuaries (Estuari dengan dominasi pasang surut)
f) Tide-dominated deltas (Delta dengan dominasi pasang surut)
g) Tidal creeks (Daerah pasang surut dengan banyak anak sungai)
4) Terumbu karang
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Di laut tropis, pada daerah neritik, terdapat suatu komunitas khusus yang terdiri dari karang batu dan organisme-organisme lainnya. Komunitas ini disebut terumbu karang. Daerah komunitas ini masih dapat ditembus cahaya matahari sehingga fotosintesis dapat berlangsung. Terumbu karang didominasi oleh karang (koral) yang merupakan kelompok Cnidaria yang mensekresikan kalsium karbonat. Rangka dari kalsium karbonat ini bermacam-macam bentuknya dan menyusun substrat tempat hidup karang lain dan ganggang.
Hewan-hewan
yang hidup di karang memakan organisme mikroskopis dan sisa organik lain.
Berbagai invertebrata, mikro organisme, dan ikan, hidup di antara karang dan
ganggang. Herbivora seperti siput, landak laut, ikan, menjadi mangsa bagi
gurita, bintang laut, dan ikan karnivora.
Manfaat terumbu
karang :
1.
Berperan penting bagi pertumbuhan
sumberdaya perikanan.
3.
Sebagai daya tarik wisata bahari
4.
Secara global terumbu karang berfungsi
sebagai pengendap kalsium yang mengalir dari sungai ke laut
5.
Sebagai penyerap karbondioksida dan Gas
Rumah Kaca (GRK) lainnya
Tipe-tipe vegetasi air asin
Secara garis besar, makhluk hidup di laut dapat
diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu plankton, nekton, dan bentos
(Ghozali:2013).
1)
Plankton adalah
organisme kecil yang hidup terapung-apung (berpindah tempat secara pasif)
di permukaan atau dekat permukaan laut. Plankton terdiri atas fitoplankton
(plankton yang bersifat tumbuhan), seperti diatoaeme, dan zooplankton
(plankton yang bersifat binatang), seperti radiolaria dan foraminifera.
2)
Nekton adalah
kelompok hewan laut yang berenang (berpindah tempat secara aktif), seperti
ikan dan cumi-cumi.
3)
Bentos adalah
kelompok organisme laut baik tumbuhan maupun hewan laut yang hidupnya
dengan cara menempel atau merayap di dasar laut, seperti rumput laut,
bunga karang, siput, kerang, bulu babi, dan bintang laut.
Cahyati
(2012) menjelaskan komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut
ke arah darat dibedakan sebagai berikut.
1)
Formasi pes
caprae
Dinamakan demikian karena yang
paling banyak tumbuh di gundukan pasir adalah tumbuhan Ipomoea pes caprae
yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan ini menjalar dan
berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput
angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah
darat lagi ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan),
dan Scaeuola Fruescens (babak oan).
2)
Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan
baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia, Thespesia, Terminalia,
Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah
di daerah pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang
memiliki akar napas. Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur
yang kurang oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga
dapat digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang. Yang termasuk
tumbuhan di hutan bakau antara lain Nypa, Acathus, Rhizophora, dan Cerbera. Jika
tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang sering tumbuh adalah: Heriticra,
Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.
Lamun
Lamun
atau rumput laut adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk
hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Lamun (segrass) tumbuh di perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula
dijumpai di terumbu karang. Lamun adalah tumbuhan berbiji tunggal (monokotil)
dari kelas angiospermaea. Tumbuhan ini telah menyesuaikan diri untuk hidup
terbenam di dalam laut terdiri atas rhizome, daun, dan akar. Rhizome merupakan batang
yang terbenam dan merayap secara mendatar dan berbuku–buku. Pada buku–buku
tersebut tumbuh betang pendek yang tegak ke atas, berdaun, dan berbunga. Dengan rhizome dan akarnya inilah tumbuhan tersebut dapat
menancapkan diri dengan kokoh di dasar laut hingga tahan terhadap hempasan
gelombang dan arus. System pembiakan lamun melalui penyerbukan di dalam air
(hydrophilous pollination).
Lamun
tumbuh berkawanan dan biasa menempati perairan laut hangat dangkal dan
menghubungkan ekosistem mangrove dengan terumbu karang. Wilayah perairan laut
yang ditumbuhi lamun disebut padang lamun, dan dapat menjadi suatu ekosistem
tersendiri yang khas. Seperti halnya rumput di darat, lamun juga dapat melakukan
fotosintesis dan menjadi produsen. Kumpulan dari tumbuhan lamun, akan membentuk
suatu ekosistem padang lamun yang didalamnya hidup berbagai macam komunitas
dari berbagai biota laut. Pada ekosistem padang lamun, lamun menjadi prousen
primer. Lamun juga menjadi tempat menempelnya larva ikan, kepiting, udang, dan
mikroalga lain. Lamun juga menjadi makanan bagi biota penghuni ekosistem padang
lamun seperti, Aplysia dan berbagai
gastropoda lainnya.
Lamun
(seagrasses) adalah satu–satunya
kelompok tumbuh–tumbuhan berbunga yang terdapat dilingkungan laut. Tumbuh–tumbuhan
ini hidup di habitat perairan pantai yang dangkal. Seperti halnya rumput di
darat, mereka mempunyai tunas berdaun yang tegak dan tangkai–tangkai yang
merayap yang efektif untuk berkembang biak. Berbeda dengan tumbuh–tumbuhan
lainnya (alga dan rumput laut), lamun berbunga, berbuah, dan menghasilkan biji. Mereka juga
mempunyai akar dan system internal untuk mengangkut gas dan zat–zat hara.
Dalam Mukaromah
(2014) karakteristik Ekologi Lamun dijelaskan sebagai berikut.
1)
Suhu
Perubahan
suhu terhadap kehidupan lamun, antara lain dapat mempengaruhi metabolisme,
penyerapan unsur hara dan kelangsungan hidup lamun bahwa pada kisaran suhu 25 -
30°C fotosintesis bersih akan meningkat dengan meningkatnya suhu. Demikian juga
respirasi lamun meningkat dengan meningkatnya suhu, namun dengan kisaran yang
lebih luas yaitu 5-35°C.
2)
Salinitas
Toleransi
lamun terhadap salinitas bervariasi antar jenis dan umur. Lamun yang tua dapat
menoleransi fluktuasi salinitas yang besar. Salinitas juga dapat berpengaruh
terhadap biomassa, produktivitas, kerapatan, lebar daun dan kecepatan pulih
lamun. Pada jenis Amphibolis antartica biomassa, produktivitas dan kecepatan
pulih tertinggi ditemukan pada salinitas 42,5 %. Sedangkan kerapatan semakin
meningkat dengan meningkatnya salinitas, namun jumlah cabang dan lebar daun
semakin menurun.
3)
Kekeruhan
Kekeruhan
secara tidak langsung dapat mempengaruhi kehidupan lamun karena dapat
menghalangi penetrasi cahaya yang dibutuhkan oleh lamun untuk berfotosintesis
masuk ke dalam air. Kekeruhan, baik oleh partikel-partikel hidup seperti
plankton maupun partikel-partikel mati seperti bahan-bahan organik, sedimen dan
sebagainya. Pada perairan pantai yang keruh, maka cahaya merupakan faktor
pembatas pertumbuhan dan produksi
4)
Kedalaman, lamun tumbuh di zona intertidal bawah dan
subtidal atas hingga mencapai kedalaman 30 m.
5)
Nutrien
Ketersediaan
nutrien menjadi faktor pembatas pertumbuhan, kelimpahan dan morfologi lamun
pada perairan yang jernih. Penyerapan nutrien oleh lamun dilakukan oleh daun
dan akar. Penyerapan oleh daun umumnya tidak terlalu besar terutama di daerah
tropik. Penyerapan nutrien dominan dilakukan oleh akar lamun.
Manfaat Lamun Bagi
Ekosistem
Lamun
berperan penting terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Ekosistem padang
lamun menyaring sedimen yang berasal dari daratan ke arah laut. Sedimen bisa berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah
yang bisa menutupi karang dan menyebabkan karang stres. Sedimen di ekosistem
padang lamun juga dimanfaatkan menjadi materi organik yang bisa berguna bagi
ekosistem terumbu karang. Daun lamun yang terbawa ke ekosistem terumbu karang
dapat terurai menjadi senyawa yang dibutuhkan oleh biota terumbu karang.
Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi makanan bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke ekosistem terumbu karang.
Pada ekosistem lamun, juga menjadi tempat memijah beberapa biota terumbu karang, seperti ikan baronang dan beberapa jenis bintang laut. Lamun juga merupakan makanan bagi penyu. Padang lamun juga berperan sebagai perantara transfer materi dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang. Biota dari padang lamun juga bisa menjadi makanan bagi biota terumbu karang, karena terkadang, biota dari padang lamun, baik secara sengaja atau tidak bisa ke ekosistem terumbu karang.
Secara fisik, sebagaimana diterangkan di
atas, padang lamun juga telah mengubah lingkungan laut menjadi lebih tenang dan
memerangkap berbagai sedimen. Perakaran lamun yang membentuk jalinan akar
rimpang di bawah lapisan sedimen, telah membantu menstabilkan dasar laut serta
melindunginya dari erosi pantai (abrasi) dan pasang surut. Tutupan tajuk rumput
lamun ini juga memberikan naungan dari cahaya matahari langsung, menciptakan
iklim mikro khusus di dasar perairan. Pada saat air laut surut, daun-daun
lamun melindungi substrat dari teriknya matahari dan mencegah penghuninya dari
kekeringan yang mematikan (Cahyati:2012).
Tabel
jenis - jenis Lamun di perairan Indonesia
Famili Potamogetonacea
|
Famili Hydrocharitaceae
|
Halodule
univernis (serabut )
|
Thalassia
hemprichii (dugong)
|
Halodule
pinifolia (lamun serabut)
|
Halophila
ovalis (senduk)
|
Cymodocea
rotundara ( berujung bulat)
|
Halophila
minor (isenduk kecil)
|
Cymodocea
serrulata ( bergigi)
|
Halophila
deciplents (senduk tak berurat)
|
Syrongodium
isoelifolium (alat suntik)
|
Halophila
spinulosa (senduk dasar keriting)
|
Thalassodendron
ciliatum (kayu)
|
|
Sumber: Salasiah:2013
Pada
hewan dan tumbuhan tingkat rendah tekanan osmosisnya kurang lebih sama dengan
tekanan osmosis air laut sehingga tidak terlalu mengalami kesulitan untuk
beradaptasi. Tetapi bagaimanakah dengan hewan tingat tinggi, seperti ikan yang
mempunyai tekanan osmosis jauh lebih rendah daripada tekanan osmosis air laut. Amroini
(2013) menyatakan bahwa cara ikan beradaptasi dengan kondisi seperti di atas adalah
banyak minum, air masuk ke jaringan secara osmosis melalui usus, sedikit
mengeluarkan urine, pengeluaran air terjadi secara osmosis dan garam-garam
dikeluarkan secara aktif melalui insang.
Di laut, hewan dan tumbuhan tingkat rendah memiliki tekanan osmosis sel
yang hampir sama dengan tekanan osmosis air laut. Hewan tingkat tinggi
beradaptasi dengan cara banyak minum air, pengeluaran urin sedikit, dan
pengeluaran air dengan cara osmosis melalui insang. Garam yang berlebihan
diekskresikan melalui insang secara aktif.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Ekosistem laut sebagai salah satu
ekosistem terbesar
di dunia, merupakan suatu dunia sendiri, di mana di dalamnya terdapat proses
dan komponen-kompenen kehidupan yang serupa dengan proses yang terjadi pada
ekosistem daratan. Seperti halnya
ekosistem air tawar, pada ekosistem air laut merupakan media internal dan
eksternal bagi organisme yang hidup didalamnya. Ekosistem laut disebut juga
ekosistem bahari yang merupakan ekosistem yang terdapat di perairan laut,
terdiri atas ekosistem perairan dalam, ekosistem pantai pasir dangkal/bitarol,
dan ekosistem pasang surut. Ekosistem air laut sendiri dibedakan atas lautan,
pantai, estuari, dan terumbu karang.
Beberapa vegetasi air asin yaitu Formasi pes caprae
.dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir. Formasi
baringtonia, didominasi tumbuhan baringtonia, bila tanah di daerah
pasang surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar
napas. Lamun
atau rumput laut adalah anggota tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi untuk
hidup sepenuhnya di dalam lingkungan air asin. Lamun (segrass) tumbuh di
perairan dangkal yang agak berpasir. Sering pula dijumpai di terumbu karang. Lamun
berperan penting terhadap kesehatan ekosistem terumbu karang. Ekosistem padang
lamun menyaring sedimen yang berasal dari daratan kearah laut. Sedimen bisa
berupa pasir, lumpur atau bahkan sampah yang bisa menutupi karang dan
menyebabkan terhambatnya
pertumbuhan karang.
DAFTAR
RUJUKAN
Amroini,
Fardiana.2013.Ekosistem Laut.(online).(
httpsfardianbiologi. wordpress.com20130424ekosistem-laut.html), diakses 27
September 2015
Ghozali.2013.Biosiklus Perairan.(online).(httpghozaliq.com20130912biosiklus-perairan.html),
diakses 27 Septembar 2015
Poulin,
Nicholas. 1990. Pengantar Geografi Tumbuhan.Yogyakarta: Gajah Mada Universitas
Press
Salasiah,
Siti. 2013. Ekosistem Laut.
Banjarmasin: FKIP Universitas Lambung Mangkurat. (Jurnal)
Mukaromah,
Zaitun. 2014. Berani Bermimpi Berani
Mewujudkan Biogeografi Flora Dan Fauna Pesisir. (Online). (http://ZaitunMukaromah.blogspot. com/2014/07/Berani
Bermimpi,-Berani-Mewujudkan- BIOGEOGRAFI-Flora-Dan-Fauna-Pesisir-(Estuaria,
Lamun Dan Karang).html), diakses pada 27 September 2015
Cahyati,
Rama. 2012. Perbedaan Ekosistem Air Tawar
Dan Air Laut. (Online). (http://ramacahyati8910.blogspot.com/2012/11/PERBEDAAN-EKOSISTEM-AIR-TAWAR
DAN0-AIR LAUT_ramacahyati8910.html), diakses pada 27 September 2015
Komentar
Posting Komentar