Analisis Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Kualitas Air di Hulu Sungai Brantas

Analisis Pengaruh Perubahan Penggunaan Lahan
Terhadap Kualitas Air di Hulu Sungai Brantas
Teguh Dwi Imanda
S1 Pendidikan Geografi 2014 / Offr L
Email : teguhdwigeografi2014@gmail.com

ABSTRACK
Perubahan penggunaan lahan di daerah hulu Sungai Brantas mulai berdampak pada kualiatas air di hulu sungai ini. Sumber mata air di daerah hulu sungai Brantas dari tahun ke tahun terus berkurang jumlahnya. Melewati beberapa kota besar, kondisi sungai Brantas yang keruh dan penuh sampah juga merupakan suatu wajah baru bagi sungai ini. Padahal sebagai salah satu sungai besar, sungai Brantas menjadi tumpuan hidup bagi makhluk hidup disekitarnya.
Kata kunci : Perubahan Penggunaan Lahan, Kualitas Air, Hulu Sungai Brantas.

PENDAHULUAN
Sungai Brantas adalah sebuah sungai di Jawa Timur yang merupakan sungai terpanjang kedua di Pulau Jawa setelah Bengawan Solo. Sungai Brantas bermata air di Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, yang berasal dari simpanan air Gunung Arjuno, lalu mengalir ke Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto dan bermuara di Kota Surabaya. Di Kabupaten Mojokerto sungai ini bercabang dua manjadi Kali Mas (ke arah Surabaya) dan Kali Porong (ke arah Porong, Kabupaten Sidoarjo). Sungai utamanya memiliki panjang 320 km dan mengalir melingkari sebuah gunung aktif yaitu gunung Kelud.
Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Mengingat hal ini, sungai Brantas memiliki fungsi yang berguna bagi mahkluk hidup yang bergantung pada sungai ini.
Sayangnya pada sekarang ini, air sungai brantas yang dibuat bergantung berbagai makhluk hidup di sekitarnya, mulai tercemar. Pencemaran terhadap air sungai ini karena limbah rumah tangga yang dihasilkan oleh masyarakat dan limbah perusahaan. Seperti yang dipaparkan Widianto (2014) yang menyatakan bahwa Aliran Sungai Brantas di wilayah Malang, Jawa Timur, tercemar limbah rumah tangga, akibatnya, air sungai keruh kecokelatan dan berbagai biota di dalamnya lenyap seperti gangga air. Kualitas air sungai merupakan hal yang sangat penting karena sungai Brantas adalah sumber air utama yang digunakan untuk kebutuhan air minum, pertanian, perikanan, dan kepentingan industri. Kualitas air ini mengalami degradasi sebagai akibat beban pencemaran sungai yang berasal dari aktivitas manusia seperti intensifikasi pertanian dan pengembangan kota.

Hulu Sungai Brantas
Seperti yang didefinisikan oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), hulu merupakan bagian atas. Hulu sungai atau kepala sungai sendiri adalah bagian sungai yang letaknya paling jauh dari muara dan tempat suatu sungai bermula (mata air). Karakteristik sungai bagian hulu antara lain adalah merupakan awal dari aliran sungai (mata air), debit air di daerah ini realtif lebih kecil dan dipengaruhi curah hujan, erosi mengarah ke dasar sungai (vertikal), aliran air mengalir diatas batuan induk (untuk sungai stadia muda) dan mengerosinya serta proses deposisinya terbatas untuk boulder di dasar sungai. Daerah hulu sungai juga memiliki ciri khas dimana terdapat banyak air terjun (gambar 1.1.) dan potheles (proses tererosinya dasar sungai oleh pasir, kerikil dan kerakal yang berotasi).
Gambar 1.1 hulu sungai Brantas dengan ciri khasnya terdapat air terjun (Hariawan: 2014).
Hulu sungai Brantas meliputi Desa Sumber Brantas, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu yang merupakan mata air sungai Brantas yang selanjutnya melewati Kota Batu, Malang, Blitar, Tulung Agung sampai ke Kediri. Mulai dari Kediri inilah yang sungai disebut sebagai daerah transisi yang selanjutnya ke daerah hilir sungai. Formasi geologi di hulu Sungai Brantas ini meliputi hasil gunung api kwarter tua, tersebar di sisi timur DAS secara lokal antara lain di daerah Gunung Arjuno, Jabung, Poncokusumo dan di lereng timur Gunung Penanggungan, Hasil Gunung Api Kwarter Muda, tersebar di sekitar Gunung Kelud, Gunung Kawi, Gunung Butak, dan Gunung Penanggungan, dan Miosen Fasies Batu Gamping, batuan gamping berumur miosen terdapat di sisi selatan DAS dan tersebar di sebagian Kab. Tulungagung, Kab. Blitar, dan Kab. Malang (PPEJawa: 2014).  Kondisi mata air di hulu sungai Brantas di desa Sumber Brantas bisa dibilang masih terawat (gambar 1.2), hal ini karena pada daerah sumber mata air dijadikan sebagai kawasan arboretum (semacam kebun botani yang mengkoleksi pepohonan) sehingga daerahnya terawat. Meskipun begitu daerah sekitar Arboretum terutama di kecamatan Bumiaji sudah dijadikan kawasan pertanian sehingga akan susah ditemukan kawasan pepohonan selain di arboretum Sumber Brantas. Meskipun di daerah Bumiaji pada khususnya dan Kota Batu pada umumnya kawasan pepohonan mulai berkurang akibat ahli fungsi lahan ke kawasan pertanian dan perkembangan kota, akan tetapi kualitas air didaerah ini masih baik dan jernih. Sayangnya kualitas air ini tidak diikuti dengan kuantitas airnya juga, menurut Widianto (2014) sebagai berikut
Pada 2007, ada 170 mata air di hulu Sungai Brang. Namun, hanya dalam rentang waktu setahun kemudian, jumlahnya turun menjadi 111. Pada 2009, tersisa 46. Dari total sumber air di Kota Batu, 30 persen berada di Kecamatan Bumiaji. Namun belakangan debit mata air itu terus menyusut, termasuk sumber air Sungai Brantas, yang mengaliri 14 kota dan kabupaten di Jawa Timur.

 
Gambar 1.2 Sumber Brantas, sumber mata air Sungai Brantas (dokumentasi pribadi).
Hal ini menunjukan terjadinya perubahan terhadap kondisi didaerah paling hulu dari Sungai Brantas dimana kuantitas air yang mulai berkurang. Mulai mengalir semakin ke bawah bukan lagi masalah kuantitas akan tetapi masalah kualitas air juga. Seperti yang diketahui bahwa Hulu Sungai Brantas melewati kota-kota besar seperti Kota Malang, Kabupaten Malang, Blitar, Tulung Agung sampai ke Kediri. Mulai dari limbah rumah tangga sampai dengan limbah industri juga turut serta dalam aliran sungai ini di daerah Hulu. Seperti yang terjadi di Kota Malang yang secara ideal seharusnya masih jernih karena masih sangat dekat dengan sumbernya, akan tetapi fakta dilapangan membuktikan bahwa sampah dan polutan lain sudah memenuhi Sungai. Hal yang sama juga terjadi di daerah Hulu Sungai lain yang dilewati Kota besar. Hal ini lah yang membuat tidak hanya kondisi kuantitas sungai Brantas yang mulai berkurang akan tetapi kualitasnya juga yang mulai memburuk dari waktu ke waktu.
Penggunaan Lahan Daerah Hulu Sungai Brantas
Menurut FAO dalam Landoala (2013), penggunaan lahan adalah pengaturan, kegiatan dan masukan orang mengambil tindakan dalam tipe penutupan lahan tertentu untuk memproduksi, mengubah atau mempertahankannya. Dalam hal ini penggunaan lahan lebih sederhana adalah kegiatan yang dilakukan untuk memanajemen suatu lahan untuk kepentingan tertentu. Penggunaan lahan dan pengelolaan lahan memiliki dampak besar pada sumber daya alam termasuk air, tanah, nutrisi, tanaman dan hewan. Penggunaan lahan yang tidak sesuai dan tidak mempertimbangkan ekologi yang ada hanya akan merugikan mahkluk hidup dalam jangka pendek ataupun jangka panjang.
Penggunaan lahan merupakan fenomena berdimensi fisik-sosial-  ekonomi yang keberadaannya dipengaruhi oleh aktivitas manusia, oleh karena itu keberadaannya bersifat dinamis. Ketersedian lahan yang terbatas dengan jumlah penduduk yang bertambah terus menerus serta semakin kompleksnya aktivitas manusia menyebabkan karakteristik penggunaan lahan semakin rumit. Bentuk penggunaan lahan semakin variatif, frekuensi  dan intensitas perubahannya makin tinggi, serta semakin sulit pengendaliannya. Fenomena ini yang paling sering terjadi di daerah perkotaan. Penggunaan lahan didaerah hulu sungai Brantas sendiri secara garis besar mengikuti garis perkembangan kota dimana penggunaan lahan lebih banyak condong ke pemukiman, penduduk, dan pertanian. Tiga hal ini merupakan hal utama alih fungsi lahan yang nantinya akan mempengaruhi kualitas air juga.

Kualitas Air Sungai
Kualitas air merupakan indikator dapat dikatakan air tersebut baik digunakan oleh makhluk hidup atau tidak. Air dengan kualitas baik akan membuat kehidupan atau ekosistem disekitar sungai akan lebih baik sebaliknya air dengan kualitas buruk akan membuat mati ekosistem yang ada. Karakteristik kualitas air dibagi lagi menjadi lima yaitu sebagai berikut.
1)      Muatan Sedimen.
Kualitas fisik perairan atau sungai sebagian besar ditentukan oleh jumlah konsentrasi sedimen yang teradapat di air tersebut. Untuk suatu sistem daerah aliran air, terutama yang terletak di hulu, jumlah muatan sedimen yang terlarut dalam aliran air mempunyai pengaruh yang menentukan terhadap kualitas air didaerah tersebut. Pengaruh tersebut diwujudkan dalam bentuk pengaruh muatan sedimen  pada besar kecilnya yang mengakibatkan kekeruhan air dan kedalaman cahaya matahari yang masuk kedalam air. Cahaya matahari yang dapat masuk ke dalam badan air juga berguna untuk kehidupan organisme aquatis, terutama dalam hal mempertahankan suhu perairan tersebut pada tingkat yang memungkinkan untuk menunjang kehidupan organisme tersebut (Asdak, 2002: 505).
2)      Tingkat Kekeruhan
Kekeruhan biasanya menunjukan tingkat kejernihan aliran air atau kekeruhan aliran air yang diakibatkan unsur muatan sedimen, entah itu yang bersifat mineral ataupun organik (gambar 1.3). Kekeruhan air dapat dianggap sebagai kemampuan air dapat meloloskan cahaya yang selanjutnya berketerkaitan dengan kemampuan fotosintesis, karena semakin besar cahaya yang dapat masuk ke badan air maka akan mempermudah proses fotosintesis sehingga semakin besar pula oksigen yang terdapat dalam air tersebut.
Gambar 1.3 tingkat kekeruhan air hulu sungai brantas di kota Malang (dokumentasi pribadi)
3)      Gas Terurai
Kandungan gas oksigen terurai dalam air mempunyai peranan menentukan untuk kelangsungan hidup organisme aquatis dan untuk berlangsungnya proese reaksi kimia yang terjadi di dalam badan air. Gas terurai dalam air yang perlu mendapat perhatian adalah oksigen, karbon dioksida, dan nitrogen. Konsentrasi kandungan unsur oksigen dalam aliran air ditentukan oleh besarnya suhu perairan, tekanan, dan aktivitas biologi di dalam air (Asdak, 2002: 506). Kandungan gas oksigen dalam air merupakan salah satu unsur penentu karakteristik kualitas air yang terpenting bagi kehidupan makhluk hidup. Konsentrasi oksigen dalam air mewakili status kualitas air pada tempat dan waktu tertentu. Penambahan bahan organik maupun anorganik berupa limbah ke dalam perairan selain akan mengubah susunan kimia air, juga akan mempengaruhi sifat-sifat biologi dari perairan tersebut. Banyaknya bahan organik di dalam perairan akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut di dalam perairan dan jika keadaan ini berlangsung lama akan menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehingga organisme aerob akan mati.
4)      Suhu Air
Jenis dan jumlah biota air seringkali berubah dengan adanya perubahan suhu air, terutama dengan adanya kenaikan suhu didalam air. Hubungan antara suhu air dan oksigen biasanya berkorelasi negatif, yaitu kenaikan suhu didalam air akan menurunkan tingkat solubilitas oksigen dan dengan demikian menurunkan kemampuan organisme aquatis dalam memanfaatkan oksigen yang tersedia untuk  berlangsungnya proses-proses biologis dalam air (Asdak, 2002: 511). Kenaikan suhu suatu perairan umumnya terjadi ketika vegetasi di daerah bantaran mulai hilang atau ditebang sehingga mengakibatkan semakin banyak cahaya matahari yang masuk dan menaikan suhu didalam air.
5)      pH air
pH air biasanya dimanfaatkan untuk menentukan indeks pencemaran dengan meilhat tingkat keasaman atau kebebasan air yang dikaji, terutama oksidasi sulfur dan nitrogen pada proses pengasaman dan oksidasi kalsium dan magnesium pada proses pembasaan. Angka indeks yang diumumnya dipakai antara 0-14, angkat pH 7 adalah netral, sedangkan angka pH lebih besar dari 7 menunjukan bahwa air bersifat basa dan terjadi ketika ion-ion karbon dominan. Sedangkan agka pH  lebih kecil dari 7 menunjukan bahwa air didaerah tersebut bersifat asam. Biasanya angka pH dalam suatu perairan menjadi indikator adanya keseimbangan unsur-unsur kima yang dapat mempengaruhi ketersediaan unsur-unsur kimia dan unsur hara yang amat bermanfaat bagi kehidupan di air. pH air juga mempunyai peranan yang cukup penting bagi kehidupan ikan dan fauna lain di perairan tersebut dengan ditandai dengan pH berkisar 4,8 – 8,4 (dibawah atau diatas itu dianggap tercemar) (Asdak, 2002: 512).

PEMBAHASAN
Penggunaan lahan untuk tennpat kegiatan manusia pada jaman sekarang ini merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan. Jumlah populasi manusia yang meledak memaksa banyak lahan yang harus dibuka untuk keberlangsungan hidup manusia. Sebenarnya yang perlu kita lakukan adalah memanfaatkan lahan yang tersedia dengan baik buan menggunakannnya secara boros dan tidak aturan sehingga membuat penggunaan lahan ini berpengaruh pada kualitas air di hulu sungai Brantas. Sebagai contoh sederhananya adalah seorang yang memperluas lahan pertanian dengan cara mengganti kawasan pepohonan menjadi kawasan pertanian. Hal ini biasanya dilakukan tanpa terlebih dahulu melakukan ijin atau bahkan tanpa peduli dengan kondisi alam di daerah tersebut .
Penulis sendiri membagi penggunaan lahan didaerah hulu sungai Brantas menjadi tiga yaitu penggunaan lahan untuk pertanian, industri, dan pemukiman. Ketiga perubahan penggunaan lahan ini menurut penulis adalah faktor-faktor penting yang mempengaruhi kualitas air sungai Brantas itu sendiri. Pada dasarnya pengaruh penggunaan lahan ini akibat kebutuhan manusia yang terus berkembang dan bertambah dari setiap waktunya.
Perubahan penggunaan lahan menjadi daerah pertanian adalah perubahan pengguaan lahan yang saat ini banyak terjadi di tempat paling hulu Sungai Brantas atau di Kota Batu. Selama sepuluh tahun terakhir, kualitas air Sungai Brantas merosot tajam. Di kawasan hulu, debit sumber air Brantas yang semula 12 liter per detik anjlok menjadi 2 liter per detik lantaran alih fungsi lahan konservasi dan hutan lindung di kawasan hulu di lereng Gunung Arjuna (Widianto: 2014). Banyak daerah yang awalnya merupakan kawasan pepohonan yang kemudian dirubah menjadi kawasan pertanian oleh penduduk sekitar. Hal ini tentu saja akan berdampak pada kuantitas air di daerah hulu mengingat sudah berkurangnya kawasan pepohonan sehingga fungsinya tidak semaksimal biasanya. Pembukaan lahan tanpa aturan dan izin yang jelas menjadi masalah utama sehingga siapa saja bebas untuk membuka lahan yang awalnya kawasan pepohonan menjadi kawasan pertanian. Hal ini pasti lah mengurangi daerah resapan yang terdapat di hulu Sungai Brantas, maka wajar saja jika setiap tahun sumber mata air di daerah hulu ini terus berkurang begitu pula debit airnya yang terus turun.
Selanjutnya adalah penggunaan lahan pinggiran sungai sebagai daerah industri yang mempengaruhi kualitas air di hulu Sungai Brantas. Kawasan industri ini sering kali tidak memperhatikan lingkungan di sekitarnya sehingga tanpa peduli membuang limbah mereka ke Sungai (gambar 1.4). Hal ini yang membuat hulu Sungai Brantas di kota-kota besar selalu nampak begitu buruk karena penuh dengan limbah (entah itu limbah indstri atau sampah). Aksi nakal ini yang sering kali menuai kritikan dari para pakar lingkungan seperti yang dilakukan LSM Ecoton dan Telapak menunjukkan bahwa limbah cair yang dibuang menimbulkan bau minyak tanah dalam air, bahkan bau minyak tanah ini mempengaruhi bau dan rasa dalam ikan-ikan yang hidup di Kanal Mangetam (Riski: 2014). Tidak jarang juga limbah yang dibuang ke sungai merupakan limbah beracun yang dapat membunuh biota yang terdapat di air, limbah ini juga mneyebabkan proses penguraian gas didalam air yang nantinya akan mengurangi kandungan oksigen dalam air. Seperti yang diketahui bahwa air yang memiiki kualitas baik adalah air yang mengandung oksigen lebih besar. Contohnya seperti hasil penelitian Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto (2008) yang menyatakan bahwa sungai Brantas tercemar sedang dan diindikasi akibat dari limbah cair. Meskipun begitu tidaklah dipungkiri bahwa perkembangan kota membuat pertumbuhan industri semakin cepat, akan tetapi lebih baik bahwa industri tetap mengikuti izin amdal dan memanajemen pengolahan limbah mereka agar tidak berdampak merusak.
Gambar 1.4 Industri yang menggunakan lahan di dekat sungai Brantas (Riski: 2014)
Terakhir adalah penggunaan lahan untuk kawasan pemukiman. Perkembangan kota tidak hanya membuat industri tumbuh menjamur akan tetapi manusianya juga. Hal inilah yang membuat kawasan pemukiman kemudian menjamur. Menjamurnya kawasan pemukiman ini yang bahkan membuat daerah bantaran sungai yang seharusnya steril dari pemukiman justru dipenuhi pemukiman warga.  Sampah rumah tangga yang dihasilkan warga inilah yang begitu mudahnya dibuang warga ke sungai seolah sungai merupakan tempat pembuangan akhir. Berdasarkan observasi sungai brantas dari bersih dan hanya kecoklatan karena sedang sedikit meluap di bagian hulu, saat memasuki kota Malang terlihat tumpukan sampah yang menumpuk di pinggiran, dan banyak lagi yang terbawa air terus sampai melewati jembatan Buk Gluduk di Kota Lama. Sampah-sampah rumah tangga ini lah yang kemudian menjadi limbah utama yang menumpuk di setiap sungai yang terdapat di perkotaan tidak terkecuali di kota-kota besar yang dilalui hulu Sungai Brantas.

KESIMPULAN
Dalam jurnal ini dapat disimpulkan bahwa perubahan penggunaan lahan ikut mempengaruhi kualitas air di Hulu Sungai Brantas. Hal ini dibuktikan dengan semakin berkurangnya sumber mata air yang terdapat di Hulu Sungai Brantas akibat alih fungsi lahan dari kawasan pepohonan menjadi kawasan pertanian yang membuat semakin berkurangnya juga daerah resapann air. Contoh lain adalah kawasan pemukiman yang membuang sampah rumah tangga di Sungai Brantas secara terus menerus yang menyebabkan estetika dan kualitas air sungai menjadi buruk. Hal yang sama juga terjadi di perubahaan penggunaan lahan daerah sekitar sungai yang diijinkan menjadi daerah industri. Para oknum industri tersebut sering kali membuang limbah industrinya ke Sungai yang membuat sungai semakin tercemar.
Pembuatan aturan yang tegas terhadap perubahan penggunaan lahan terutama untuk daerah sekitar sungai perlu dilakukan sehingga kualitas air sungai dapat terjaga. Pengawasan dan sanksi juga harus diterapkan apabila ditemui pelanggaran terutama kepada industri yang membuang limbahnya ke sungai karena jelas-jelas sudah melanggar ijin AMDAL. Serta yang terakhir adalah upaya perubahan pola pikir masyarakat yang harus di lakukan semua orang yang peduli bukan hanya pemerintah agar kita tidak berfikir lagi untuk membuang sampah rumah tangga ke sungai karena hanya akan merusak estetika sungai dan merusak kualitas sungai dalam jangka panjang.











DAFTAR PUSTAKA  

Asdak, Chay.2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto. 2008. Laporan Pemantauan Kualitas Air Sungai Di Kota Mojokerto Tahun 2008. Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto: Mojokerto.
Hariawan, Teguh. 2014. Belajar Dari Tragedi (Banjir Bandang Mojokerto), (online), (https://teguhhariawan.wordpress.com/2014/01/09/belajar-dari-tragedi/), diakses pada 10 Desember 2015.
Landoala, Tasrif. 2013. Tanah, Lahan Dan Penggunaan Lahan, (online), (http://jembatan4.blogspot.co.id/2013/07/tanah-lahan-dan-penggunaan-lahan.html), diakses pada 10 Desember 2015.
PPEJawaw. 2014. DAS Brantas, (online), (http://ppejawa.com/ekoregion/das-brantas/), diakses pada 10 Desember 2015.
Riski, Petrus. 2014. Kali Brantas Tercemar, Berpotensi Sebabkan Penyakit, (online), ( http://www.mongabay.co.id/2014/02/26/kali-brantas-tercemar-berpotensi-sebabkan-penyakit/), diakses pada 10 Desember 2015.
Widianto, Eko. 2014. Hulu Sungai Brantas Tercemar Limbah Rumah Tangga, (online), (http://tekno.tempo.co/read/news/2014/10/09/095612994/hulu-sungai-brantas-tercemar-limbah-rumah-tangga), diakses pada 10 Desember 2015.
Widianto, Eko. 2014. Puluhan Mata Air di Hulu Sungai Brantas Mati, (online), (http://nasional.tempo.co/read/news/2014/11/07/206620419/puluhan-mata-air-di-hulu-sungai-brantas-mati), diakses pada 10 Desember 2015

Tag: # pengaruh penggunaan lahan # pengaruh penggunaan lahan sungai brantas # sungai brantas #  kualitas air sungai brantas # hulu sungai brantas # Analisis penggunaan lahan 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

KARAKTERISTIK CITRA SATELIT

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) BANYUWANGI - SECARA UMUM

PERMASALAHAN PEMBELAJARAN GEOGRAFI DALAM KURIKULUM 2013