Membentuk Karakter Mahasiswa Melalui Pemahaman Tentang Hakekat Mahasiswa
Mahasiswa,
begitulah sebutan bagi pelajar yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi. Mahasiswa
secara harafiah berasal dari 2 buah kata Maha dan Siswa, menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia Maha memiliki arti sebuah bentuk terikat (1) sangat; amat;
teramat; (2) besar, sedangkan siswa adalah seorang murid. Sederhananya kita
dapat mengartikan mahasiswa adalah seorang murid yang "besar". Besar
dalam artian lebih secara kualitas dibanding siswa pada umumnya.
Sebagai
mahasiswa kita memang harus berbangga karena status yang melekat pada kita
bukanlah status sembarangan. Sejarah membuktikan peran besar mahasiswa dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, sejarah pula yang membutikan peran sentral
mahasiswa dalam mengawal demokrasi dan kemerdekaan. Sayangnya pada masa
sekarang ini terlalu banyak mahasiswa yang apatis dan hanya fokus pada akademik
tanpa mengetahui arti dari status “mahasiswa” yang mereka pakai.
Jika
kita mencoba menganalisis, maka hakekat mahasiswa yang membedaan dengan siswa
biasanya ada empat, yaitu membaca, berdiskusi, menulis, dan aksi. Hakekat
mahasiswa ini merupakan tahapan seorang mahasiswa yang saling terkait satu sama
lain. Seharusnya, seorang yang mengaku maha atas kesiswaannya pernah melakukan
empat tahapan ini.
Dimulai
dari membaca yang sudah menjadi keharusan kaum terdidik. Jika buku diibaratkan
jendela dunia, maka membaca adalah proses melihat dan menganalisis dunia luar
tersebut. Dengan membaca proses pemikiran kritis akan mulai dibangun dan
menambah pengetahuan akan dunia luar yang selama ini tertutup. Tahap setelah
membaca ini yang perlahan membedakan maha atas kesiswaan kita. Berdiskusi
merupakan budaya yang harus terus dilestarikan oleh mahasiswa. Diskusi setelah
membaca merupakan proses pembentukan opini yang tidak hanya berasal dari satu
sudut pandang dan satu sumber. Diskusi menjadikan pemikiran kita menjadi lebih
matang karena mendapatkan sintesa dari dua atau lebih pemikiran yang berbeda.
Setelah proses dialektika dalam diskusi dilalui, sebaiknya hasil tersebut
dituliskan. Salah satu cara mengabadikan ide adalah dengan dituliskan. Tentu
tulisan ini akan berkualitas karena sudah melalui diskusi. Terakhir adalah
aksi, sebuah tahapan terakhir yang sangat membedakan Mahasiswa dengan siswa
pada umumnya Aksi merupakan rangkaian terakhir untuk turun dan pengaplikasian
ilmu ke masyarakat, aksi juga tidak harus selalu di pandang sebagai demonstrasi
yang akhir-akhir ini sering dicitrakan media ke Mahasiswa. Aksi jauh lebih luas
dari sekedar demonstrasi di jalanan dan didepan gedung pemerintah. Salah
satunya berperan langsung dalam kehidupan bermasyarakat merupakan jenis aksi. Mahasiswa
merupakan harapan masyarakat akan aksi nya turun ke masyarakat, mengaplikasikan
ilmunya ke masyarakat. Jika mahasiswa tidak mau dan apatis terhadap lingkungan
sosial, maka gelar Maha seharusnya tidak perlu disandang lagi.
Dalam
membentuk karakter mahasiswa, cukup mengingat apa dan kenapa disebut mahasiswa.
Jika mahasiswa memahami arti dari gelar Maha yang dia sandang, memahami
hakekatnya sebagai seorang Mahasiswa, maka karakter mahasiswa sesungguhnya akan
dapat dibentuk dengan sendiri. Bukan mahasiswa apatis dengan IPK tinggi yang
dapat merubah wajah sedih bangsa saat ini, melainkan mahasiswa yang sadar akan
tugas dan hakekatnya dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Pesan ini
penulis sampaikan untuk diri penulis dan juga pembaca.
“Masih terlalu banyak mahasiswa yang
sibuk berbicara soal kesuksesan dan tercapainya pekerjaan yang diharapkan.
Pengabdian, seolah hanya tugas bagi para veteran.” (Lenang Manggala)
Penulis:
Teguh Dwi Imanda
Mahasiswa
Jurusan Geografi 2014
Komentar
Posting Komentar